Garda Bangsa Surabaya telah mengambil langkah proaktif dengan mengajak media untuk meningkatkan literasi keagamaan, terutama setelah munculnya konten kontroversial dari Trans7 yang menyinggung dunia pesantren. Menurut Nasfa Uuth Akhmadie, Ketua DKC Garda Bangsa Surabaya, peristiwa ini seharusnya menjadi momentum penting bagi media nasional untuk memperbaiki narasi dan pemahaman publik mengenai pesantren dan perannya dalam masyarakat.
Menyoal Literasi Keagamaan di Media
Literasi keagamaan tidak sekedar tentang pengetahuan dasar mengenai ajaran agama, namun juga mencakup pemahaman yang lebih mendalam mengenai peran lembaga-lembaga keagamaan, seperti pesantren, dalam konteks sosial dan budaya. Media memiliki tanggung jawab besar untuk menyajikan informasi dengan akurat dan menghormati sensitivitas tema keagamaan. Itulah sebabnya Garda Bangsa Surabaya merasa perlu untuk mengingatkan pentingnya peningkatan literasi keagamaan ini melalui liputan yang lebih cermat dan informatif.
Pesantren: Pilar Pendidikan dan Transformasi Sosial
Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan keagamaan di Indonesia, tetapi juga merupakan pusat transformasi sosial dan moral bagi komunitas sekitarnya. Dengan adanya kesalahpahaman atau penyajian yang tidak tepat oleh media massa, persepsi publik terhadap pesantren bisa saja tercoreng. Literasi yang memadai di kalangan jurnalis, khususnya mengenai pandangan dan praktik di pesantren, adalah kunci untuk menangkal informasi yang menyesatkan.
Kasus Kontroversial: Pengingat akan Tanggung Jawab Media
Kasus tayangan yang menyinggung oleh Trans7 seharusnya dianggap sebagai pengingat bagi semua pihak mengenai betapa vitalnya pendekatan yang sensitif dalam liputan isu keagamaan. Kesalahan dalam menyampaikan informasi dapat memicu persepsi yang keliru dan konflik sosial. Garda Bangsa Surabaya menyerukan kepada media untuk lebih memperhatikan nuansa dan informasi mendalam sebelum menyusun konten terkait isu-isu yang berpotensi sensitif.
Peran Media dalam Membangun Persepsi Positif
Media berperan sebagai pengarah opini publik yang mampu membentuk persepsi masyarakat. Ketika media secara konsisten menyajikan berita yang mendidik dan berbasis fakta mengenai lembaga-lembaga keagamaan, hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan toleransi beragama. Liputan yang tepat akan mendorong dialog yang konstruktif mengenai keberagaman dan peran positif pesantren dalam mendukung pendidikan serta pembangunan karakter bangsa.
Inisiatif Garda Bangsa: Menghadirkan Solusi
Menyikapi situasi ini, Garda Bangsa Surabaya tidak hanya berhenti pada kritik. Mereka mengusulkan inisiatif pelatihan untuk jurnalis agar memahami lebih baik mengenai konteks keagamaan serta majelis-majelis pesantren. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemberitaan dan membantu jurnalis menjalankan profesinya dengan lebih bertanggung jawab dan kompeten.
Membangun Harmoni dalam Keberagaman
Kesimpulannya, untuk membangun masyarakat yang lebih harmonis, diperlukan sinergi antara media, masyarakat, dan lembaga keagamaan dalam meningkatkan literasi keagamaan. Dengan berbekal pemahaman yang lebih mendalam, media dapat berperan dalam membangun dialog yang sehat mengenai agama dan budaya. Langkah ini sejalan dengan visi kebangsaan yang menghargai perbedaan dan memperkuat persatuan. Gardu Bangsa Surabaya telah mengingatkan kita tentang pentingnya literasi sebagai fondasi untuk masa depan yang lebih baik.